Selasa, Maret 04, 2014

TUGAS ETIKA KEPERAWATAN (asma)

DEFINISI ASMA

suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.

ETIOLOGI :

a. Faktor predisposisi
   • Genetik
     Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
    • Alergen
    Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
     1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
          ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur,        bakteri 
          dan polusi
     2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
          ex: makanan dan obat-obatan
     3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
          ex: perhiasan, logam dan jam tangan
Gejala asma terdiri atas:
a)Takipnea ,
b)Dispnea (nafas sulit),
c)batuk, dan
d)mengi.
Gejala yang di sebutkan terakhir sering di anggap sebagai gejala yang harus ada, dan data lainnya seperti terlihat pada pemeriksaan fisik(Irman,2009)

Patofisiologi

Penyempitan saluran nafas, terjadi :
1. Kontraksi otot polos bronkus
2. Edema mukosa bronkus

3. Akumulasi dahak yang kental
ΓΌKONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
. A.    Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
1.    Riwayat kesehatan yang lalu:
•    Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
•    Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
•    Kaji riwayat pekerjaan pasien.
2.    Aktivitas
•    Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
•    Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
3.    Aktivitas sehari-hari.
•    Tidur dalam posisi duduk tinggi.
4.    Pernapasan
•    Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
•    Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
•    Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu, melebarkan hidung.
•    Adanya bunyi napas mengi.
•    Adanya batuk berulang.

5.    Sirkulasi

•    Adanya peningkatan tekanan darah.
•    Adanya peningkatan frekuensi jantung.
•    Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
•    Kemerahan atau berkeringat.
6.    Integritas ego
•    Ansietas
•    Ketakutan
•    Peka rangsangan
•    Gelisah
7.    Asupan nutrisi
•    Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
•    Penurunan berat badan karena anoreksia.
8.    Hubungan sosial
•    Keterbatasan mobilitas fisik.
•    Susah bicara atau bicara terbata-bata.
•    Adanya ketergantungan pada orang lain.

B.    Diagnosa Keperawatan :


Diagnosa 1     :     Bersihan jalan nafas tidak efektif  / bronkospasme.

Diagnosa 2 :      perubahan nutrisi / Ketidak mampuan asupan makan.
Diagnosa 3: Resiko tinggi terhadap infeksi / tidak adekuat imunita.( pertahanan)
Diagnosa 4    :     Kurang pengetahuan / kurang informasi ;salah mengerti.


Contoh Kasus Pelanggaran Dalam Etika Keperawatan
SURYA Online, BANGKALAN - Keinginan Ny Mutik (71) untuk mengurangi beban penyakit asma yang dideritanya sejak lama, malah berujung stroke. Itu setelah perempuan asal Dusun Buluh Buwah, Desa Buluh, Kecamatan Socah menjalani perawatan medis di Rumah Sakit (RS) Lukas Bangkalan.
Separuh badan Ny Mutik, mulai dari tangan hingga kaki kiri tidak bisa digerakkan. Ia hanya bisa duduk di kursi sesekali dipapah untuk  sekedar berpindah tempat. Kondisi ini membuat anggota keluarga kecewa lantaran tindakan medis yang dilakukan pihak RS Lukas.
”Sudah kami laporkan ke Polres Bangkalan pada tanggal 26 Agustus 2013. Namun hingga sekarang belum ada kejelasan,” ungkap Muzammil, putra sulung Ny Mutik, Selasa (17/12/2013).
Stroke yang kini diderita Ny Mutik berawal ketika pihak keluarga memutuskan membawanya ke RS Lukas pada Selasa (16/7/2013) karena penyakit asma yang sudah parah. Di RS yang terletak di Jalan KH Moch Kholil 36 A Bangkalan itu, ia menjalani perawatan selama tiga hari.
”Pada Kamis malam sekitar pukul 10, perawat jaga memberikan suntikan di lengan kiri. Sebelumnya sudah saya sampaikan jika ibu susah tidur dan makan sejak tiga hari,” jelas Muzammil.
Setengah jam berselang, keluarga panik ketika mengetahui tubuh Ny Mutik gemetar. Kondisi itu memaksa Muzammil mendatangi perawat jaga guna memberitahukan kondisi ibunya.
”Saya tidak bisa memberikan keterangan. Dokter saja nanti yang menjelaskan,” tutur Muzammil menirukan perkataan perawat jaga.
Tak berselang lama, sisi kiri tubuh Ny Mutik tidak bisa digerakkan. Sementara hingga larut malam, belum satu pun pihak dokter RS Lukas yang bisa memberikan penjelasan atas kondisinya.
Tak hanya pihak keluarga yang bingung atas kondisi terkahir Ny Mutik. Dokter Catur yang datang keesokan harinya, juga bingung melihat kondisi Ny Mutik.
”Dokter Catur bilang, kok bisa timbul begini,” katanya.
Humas RS Lukas Bangkalan Johan FR menerangkan, kondisi yang menimpa Ny Mutik tidak ada kaitannya dengan tim dokter RS Lukas. Menurutnya, tindakan medis yang dilakukan pihak RS sudah sesuai prosedur.
”Sudah kami lakukan proses penyembuhan (asma) dengan benar dan sesuai prosedur,” terangnya di hadapan awak media.
Terkait stroke yang kini diderita Ny Mutik pasca diberikan suntikan, ia menilai bukan diakibatkan seperti yang telah dilaporkan pihak keluarga pasien. Sekali lagi ia menegaskan, pihak RS Lukas sudah mempunyai prosedur dengan benar. ”Persepsinya kan beda-beda,” tuturnya.
Ia menambahkan, pihaknya proaktif memenuhi panggilan pihak kepolisian atas laporan yang dilayangkan keluarga pasien. ”Tidak ada yang kami tutupi karena tindakan kami sudah sesuai prosedur,” pungkasnya.
Kasat Reskrim Polres Bangkalan Iptu Andi Purnomo mengemukakan, laporan keluarga pasien atas perkara dugaan malpraktek masih pada tahap pemeriksaan terhadap sejumlah saksi.
”Masih penyelidikan. Namun kami masih berupaya mendatangkan saksi ahli seperti dari pihak IDI atau dokter ahli terkait kasus ini. Proses jalan terus,” singkatnya kepada SURYA Online.


DAFTAR PUSTAKA :

Arif Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Fakultas Kedokteran

Price,Sylvia. 2006. Anderson , Patofisologi : Konsep Klinis Proses – Proses penyakit , alih bahasa Peter Anugrah, edisi 4 . Jakarta :EGC

Brunner & Suddart. 2002. Buku ajar keperawatan medikel bedah. Jakarta: EGC

Suyono, Slamet. 2001. Ilmu penyakit dalam jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Nanda.2007. buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC dan kreteria hasil NOC, Ed 7. Jakarta: EGC

Doenges, EM.2003. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3598/1/keperawatan-dudut2.pdf (24/02/14 diakses pada pukul 13.20)
http://suciprimaputri.wordpress.com/2012/11/07/askep-pada-pasien-asma/(24/02/14 diakses pada pukul 13.20)
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar