DEFINISI ASMA
suatu
penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel,
ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
ETIOLOGI :
a. Faktor predisposisi
• Genetik
Dimana yang
diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana
cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
• Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan,
yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri
dan polusi
2. Ingestan,
yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan,
yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
•Gejala
asma
terdiri atas:
a)Takipnea
,
b)Dispnea
(nafas sulit),
c)batuk,
dan
d)mengi.
Gejala
yang
di sebutkan terakhir sering di anggap sebagai gejala yang harus ada, dan data
lainnya seperti terlihat pada pemeriksaan fisik(Irman,2009)
Patofisiologi
Penyempitan saluran nafas, terjadi :
1. Kontraksi otot polos bronkus
2. Edema mukosa bronkus
3. Akumulasi dahak yang
kental
ΓΌKONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
.
A. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai
berikut:
1. Riwayat kesehatan yang lalu:
• Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru
sebelumnya.
• Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/
faktor lingkungan.
• Kaji riwayat pekerjaan pasien.
2. Aktivitas
• Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit
bernapas.
• Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan
3. Aktivitas sehari-hari.
• Tidur dalam posisi duduk tinggi.
4. Pernapasan
• Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas
atau latihan.
• Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat
tidur.
• Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan
bahu, melebarkan hidung.
• Adanya bunyi napas mengi.
• Adanya batuk berulang.
5.
Sirkulasi
• Adanya peningkatan tekanan darah.
• Adanya peningkatan frekuensi
jantung.
• Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/
sianosis.
• Kemerahan atau berkeringat.
6. Integritas ego
• Ansietas
• Ketakutan
• Peka rangsangan
• Gelisah
7. Asupan nutrisi
• Ketidakmampuan untuk makan karena distress
pernapasan.
• Penurunan berat badan karena
anoreksia.
8. Hubungan sosial
• Keterbatasan mobilitas fisik.
• Susah bicara atau bicara
terbata-bata.
• Adanya ketergantungan pada orang lain.
B. Diagnosa Keperawatan :
Diagnosa 1 :
Bersihan jalan nafas tidak efektif /
bronkospasme.
Diagnosa 2 : perubahan nutrisi / Ketidak
mampuan asupan makan.
Diagnosa 3: Resiko tinggi terhadap infeksi / tidak adekuat imunita.(
pertahanan)
Diagnosa 4 : Kurang pengetahuan / kurang
informasi ;salah mengerti.
Contoh Kasus Pelanggaran Dalam Etika Keperawatan
SURYA
Online, BANGKALAN - Keinginan Ny Mutik (71) untuk mengurangi beban penyakit
asma yang dideritanya sejak lama, malah berujung stroke. Itu setelah perempuan
asal Dusun Buluh Buwah, Desa Buluh, Kecamatan Socah menjalani perawatan medis
di Rumah Sakit (RS) Lukas Bangkalan.
Separuh
badan Ny Mutik, mulai dari tangan hingga kaki kiri tidak bisa digerakkan. Ia
hanya bisa duduk di kursi sesekali dipapah untuk sekedar berpindah
tempat. Kondisi ini membuat anggota keluarga kecewa lantaran tindakan medis
yang dilakukan pihak RS Lukas.
”Sudah
kami laporkan ke Polres Bangkalan pada tanggal 26 Agustus 2013. Namun hingga
sekarang belum ada kejelasan,” ungkap Muzammil, putra sulung Ny Mutik, Selasa
(17/12/2013).
Stroke
yang kini diderita Ny Mutik berawal ketika pihak keluarga memutuskan membawanya
ke RS Lukas pada Selasa (16/7/2013) karena penyakit asma yang sudah parah. Di
RS yang terletak di Jalan KH Moch Kholil 36 A Bangkalan itu, ia menjalani
perawatan selama tiga hari.
”Pada
Kamis malam sekitar pukul 10, perawat jaga memberikan suntikan di lengan kiri.
Sebelumnya sudah saya sampaikan jika ibu susah tidur dan makan sejak tiga
hari,” jelas Muzammil.
Setengah
jam berselang, keluarga panik ketika mengetahui tubuh Ny Mutik gemetar. Kondisi
itu memaksa Muzammil mendatangi perawat jaga guna memberitahukan kondisi
ibunya.
”Saya
tidak bisa memberikan keterangan. Dokter saja nanti yang menjelaskan,” tutur
Muzammil menirukan perkataan perawat jaga.
Tak
berselang lama, sisi kiri tubuh Ny Mutik tidak bisa digerakkan. Sementara
hingga larut malam, belum satu pun pihak dokter RS Lukas yang bisa memberikan
penjelasan atas kondisinya.
Tak
hanya pihak keluarga yang bingung atas kondisi terkahir Ny Mutik. Dokter Catur
yang datang keesokan harinya, juga bingung melihat kondisi Ny Mutik.
”Dokter
Catur bilang, kok bisa timbul begini,” katanya.
Humas
RS Lukas Bangkalan Johan FR menerangkan, kondisi yang menimpa Ny Mutik tidak
ada kaitannya dengan tim dokter RS Lukas. Menurutnya, tindakan medis yang
dilakukan pihak RS sudah sesuai prosedur.
”Sudah
kami lakukan proses penyembuhan (asma) dengan benar dan sesuai prosedur,”
terangnya di hadapan awak media.
Terkait
stroke yang kini diderita Ny Mutik pasca diberikan suntikan, ia menilai bukan
diakibatkan seperti yang telah dilaporkan pihak keluarga pasien. Sekali lagi ia
menegaskan, pihak RS Lukas sudah mempunyai prosedur dengan benar. ”Persepsinya
kan beda-beda,” tuturnya.
Ia
menambahkan, pihaknya proaktif memenuhi panggilan pihak kepolisian atas laporan
yang dilayangkan keluarga pasien. ”Tidak ada yang kami tutupi karena tindakan
kami sudah sesuai prosedur,” pungkasnya.
Kasat
Reskrim Polres Bangkalan Iptu Andi Purnomo mengemukakan, laporan keluarga
pasien atas perkara dugaan malpraktek masih pada tahap pemeriksaan terhadap
sejumlah saksi.
”Masih
penyelidikan. Namun kami masih berupaya mendatangkan saksi ahli seperti dari
pihak IDI atau dokter ahli terkait kasus ini. Proses jalan terus,” singkatnya
kepada SURYA Online.
DAFTAR PUSTAKA :
Arif
Mansjoer.
2001. Kapita
Selekta Kedokteran.
Jakarta : Fakultas Kedokteran
Price,Sylvia. 2006. Anderson
, Patofisologi : Konsep Klinis Proses – Proses penyakit , alih bahasa Peter
Anugrah, edisi 4
. Jakarta :EGC
Brunner & Suddart. 2002. Buku
ajar keperawatan medikel bedah. Jakarta: EGC
Suyono, Slamet. 2001. Ilmu
penyakit dalam jilid II.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Nanda.2007. buku
saku diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC dan kreteria hasil NOC, Ed 7.
Jakarta: EGC
Doenges, EM.2003. Rencana
Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3598/1/keperawatan-dudut2.pdf
(24/02/14 diakses pada pukul 13.20)
http://suciprimaputri.wordpress.com/2012/11/07/askep-pada-pasien-asma/(24/02/14
diakses pada pukul 13.20)
http://surabaya.tribunnews.com/2013/12/17/derita-asma-ny-mutik-berubah-jadi-stroke
(24/02/14 diakses
pada pukul 14.57)
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar